Kekayaan adalah
sesuatu yang bisa diusahakan manusia untuk mendapatkannya. Dengan kekayaan,
seseorang bisa memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya. Kebanyakan orang memaknai
kekayaan sebagai kumpulan harta benda. Banyaknya simpanan uang di bank,
perhiasan yang mahal, rumah dan kendaraan mewah, serta berbagai kepemilikan
yang bersifat materi lainnya, sering kali dijadikan standar untuk mengukur
kekayaan seseorang.
Setiap manusia
pada dasarnya menginginkan kekayaan, kesejahteraan, dan kebahagiaan di dalam
hidupnya. Pada hakikatnya, itu adalah hal yang wajar. Namun terkadang untuk
merealisasikan keinginan itu, manusia sering kali didorong oleh motif-motif rendah,
yakni semata-mata berorientasi duniawi dan ragawi. Akibatnya, dalam setiap
usaha yang dilakukan, yang ada di benaknya adalah menghimpun kekayaan
sebanyak-banyaknya dan meraup keuntungan sebesar-besarnya, tanpa mengindahkan hukum-hukum
Allah yang berlaku atas dirinya.
Mencari dan mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya
tidaklah dilarang oleh agama, asalkan dilakukan dengan cara-cara yang halal
dengan niat menjadikan harta itu sebagai jalan untuk memperoleh ridha Allah
Swt. Jika tidak dengan cara yang demikian, maka harta kekayaan bisa
menjadi fitnah bagi seseorang, yang menyebabkannya terjebak dalam satu
lingkaran yang di dalamnya setiap detik dari hidup yang dijalaninya hanya untuk
mengumpulkan harta, bermegah-megahan dengannya, dan menggandrunginya, sehingga
tak tersisa sedikit pun waktu baginya untuk memikirkan urusan akhirat.
Harta kekayaan
bisa menjadi fitnah besar yang diturunkan Allah Swt untuk umat manusia. Harta
juga menjadi bencana besar yang dapat melalaikan manusia dari mengingat
akhirat; lebih menyibukkan dunia yang fana dan melalaikan manusia untuk urusan
akhirat yang kekal. Oleh karena itu, Rasulullah Saw telah memperingatkan dalam
beberapa sabda beliau berikut ini:
“Sesungguhnya
bagi tiap-tiap umat itu ada fitnah, dan sesungguhnya fitnah bagi umatku adalah
harta.”[1]
“Jangan
membuat tempat menimbun kekayaan yang akan menyebabkanmu gandrung pada dunia.”[2]
“Tiadalah dua serigala yang lapar dilepas
dalam segerombolan kambing yang lebih merusak melebihi pengrusakan sifat
rakusnya seseorang kepada harta kekayaan dan kedudukan terhadap agamanya.”[3]
Ketahuilah,
orang yang hatinya telah gandrung pada dunia niscaya lenyap sifat ikhlas dari
dirinya. Apa pun yang ia lakukan di kehidupan ini akan selalu berorientasi
pamrih materi, dan lupa pada kebutuhan menggapai cinta dan keridhaan Allah.
Oleh karena itu, jika saat ini terlintas di hati Anda untuk memiliki dunia,
maka berusahalah menggapainya. Namun, hendaklah tidak mengisi setiap sudut jiwa
dengan persoalan dunia. Sediakan ruang yang lebih luas di hati Anda untuk
Tuhan, sehingga apa pun yang Anda peroleh di kehidupan dunia ini bisa menjadi
jalan bagi Anda untuk menggapai keridhaan-Nya dan membuka pintu yang luas bagi
kebahagiaan hidup Anda di akhirat kelak.
0 comments:
Post a Comment